Foto Sabu Satu Ji
Season 2: Heaven Opens[]
Wu Geng Ji: Heaven Opens Original Run December 29, 2017– Studio Sparkly Key Animation Studio Original Run December 29, 2017–
Season 1: Defy the Natural Order[]
Wu Geng Ji: Defy the Natural Order Original Run June 24, 2016–August 25, 2017 Studio Sparkly Key Animation Studio Original Run June 24, 2016–August 25, 2017
Brigadir DW Negatif Narkoba
Polres Metro Jakarta Timur membantah anggotanya termasuk satu dari lima oknum Polisi yang terlibat pesta narkoba jenis sabu di kawasan Cimanggis, Depok.
Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengatakan anggotanya atas nama Dewo Nugroho tidak terlibat dalam pesta narkoba yang digerebek pada Jumat (19/4/2024).
Baca juga: Oknum Polisi Tabrak Mobil di Tol Binjai, Dinilai Arogan Tunjukkan Senpi dan KTA, Pangkat Terungkap
Meski saat penggerebekan berlangsung anggotanya tersebut berada di lokasi tapi dari hasil penyelidikan Dewo Nugroho dinyatakan tidak terlibat, dan bukan penyalahguna narkotika.
"Tidak terlibat dalam pesta atau penggunaan narkoba. Karena dapat dibuktikan dengan hasil tes urine dengan hasil negatif dari unsur narkoba," kata Nicolas, Senin (22/4/2024).
Lantaran dari hasil pemeriksaan Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Metro Jaya tidak terbukti, anggota Polres Metro Jakarta Timur tersebut kini sudah kembali bertugas seperti biasa.
Berdasar hasil pemeriksaan anggota Polres Metro Jakarta Timur tersebut berada di lokasi penggerebekan karena dihubungi seorang rekannya yang menjadi tersangka dalam kasus.
"Kebetulan saat penangkapan memang anggota kami berada di TKP atas panggilan atau telepon dari salah satu tersangka yang merupakan teman seangkatannya," ujar Nicolas
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Tes Urine Negatif, Polres Jakarta Timur Bantah Anggotanya Brigadir Dewo Nugroho Terlibat Pesta Sabu
Wu Geng Ji (武庚纪) is the animated adaption of the manhua Feng Shen Ji. It is produced by Sparkly Key Animation Studio under the direction of Shen Leping (沈乐平), who has also worked with Sparkly Key for its animated adaption of Qin's Moon (The Legend of Qin) and its prequel, Nine Songs of the Moving Heavens.
Eks Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Teddy Minahasa dan anak buahnya, eks Kapolres Bukittinggi AKBP Dody Prawiranegara tengah menjalani rangkaian sidang kasus perdagangan narkoba jenis sabu.
Saat hal yang menarik, dalam sidang yang diadakan pada Rabu, 15 Maret 2023, ada pernyataan dari terdakwa Linda Pujiastuti alias Anita yang mengaku pernah pergi bersama Teddy Minahasa ke pabrik sabu di Taiwan. Kepada majelis hakim, Linda mengungkapkan, di antara Teddy dan pihak pabrik sabu tersebut ada kode bisnis yang ia sebut “Buy 1 Get 1”. Pernyataan Linda ini tentu mencengangkan publik.
Sabu-sabu, salah satu jenis narkoba yang “melegenda”. Tak sedikit orang yang bergelut dengannya, entah sebagai pengedar atau sekadar pengguna. Bahkan, petinggi kepolisian pun sampai terlibat dalam skandal perdagangannya.
Sebenarnya bagaimana asal-usul penciptaan barang terlarang ini?
Wu Geng Ji: Defy the Natural Order
June 24, 2016–August 25, 2017
Sparkly Key Animation Studio
June 24, 2016–August 25, 2017
The first season of Wu Geng Ji ran from June 24, 2016 to August 25, 2017 with a total of thirty episodes. It covers Chapters 1–19 of the manhua, from the Emperor of Shang's rebellion to Wu Geng's escape from the mines.
There are some noteworthy differences from the manhua, particularly in character design and certain parts of the story.
Major Storyline Differences[]
Wu Geng Ji: Heaven Opens
Sparkly Key Animation Studio
This season will pick up where Season 1 left off, with Wu Geng joining the Fallen Ones. It debuted on December 29, 2017. A total of 42 episodes have been released as of October 19, 2018.
SERANG,- Ditresnarkoba Polda Banten berhasil membongkar kasus peredaran narkoba jenis sabu di Kelurahan Pegadungan Kecamatan Kalideres Kota Jakarta Barat. Dalam kasus ini, polisi berhasil mengamankan satu orang tersangka berinisial AH (23).
Diresnarkoba Polda Banten Kombes Pol Erlin Tangjaya menjelaskan kejadian bermula saat adanya informasi mengenai transaksi narkotika jenis shabu di wilayah Tangerang Provinsi Banten pada Rabu tanggal 25 September 2024.
“Lalu tim Opsnal mendalami informasi tersebut dan didapat informasi akan terjadi transaksi jual beli narkotika jenis sabu di Perumahan Banjar Wijaya Kota Tangerang Provinsi Banten,” ungkap Erlin, Jum’at (13/12)
Dari hasil pendalaman kasus, Polisi berhasil mendapatkan nomor hp dengan dua nomor yang berbeda dan selelah dianalisa, nomor tersebut adalah milik (AH). Kemudian tim Opsnal melakukan komunikasi untuk pemesanan narkotika jenis Sabu sebanyak tiga ratus gram.
“Setelah kesepakatan tersebut tim mencoba menghubungi untuk mengantarkan ke wilayah Tangerang Provinsi Banten namun (AH) menolaknya,” jelas Diresnarkoba Polda Banten.
Kemudian tim Opsnal mendapatkan informasi dari (AH) bahwa Narkotika Jenis Shabu akan diserahkan secara langsung di Jl. Taman Surya Palm Bye Rt 007/Rw 003 Kel/ds. Pegadungan Kec. Kalideres Kota. Jakarta Barat pada Senin tanggal 14 Oktober 2024 sekitar pukul 18.30 WIB
“Pada saat (AH) datang tim langsung melakukan penangkapan terhadapnya pada hari Senin tanggal 14 Oktober 2024 sekira jam 18.30 WIB dan selanjutnya dilakukan penggeledahan badan, pakaian,” jelasnya
Dari penangkapan tersebut, Polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa sabu dengan berat tiga ratus gram, satu buah handphone merek redmi 8A Pro warna putih, serta satu unit Kendaraan Bermotor HONDA BEAT warna putih.
Atas perbuatannya, tersangka dijerati Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 112 ayat (2) Jo UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman penjara paling lama 20 tahun penjara atau denda Rp. 10 Juta. (Nani)
Tidak ada laman yang di load.
-- Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut ada perbedaan harga sabu yang besar antara Indonesia dengan China dan Iran. Hal ini membuat Indonesia jadi pasar yang terus diserbu jaringan narkotika internasional.
Kepala BNN Heru Winarko menyebut Indonesia menjadi target sindikat narkotika karena harga jual narkoba sangat tinggi.
"Harga narkoba di Indonesia luar biasa. Di China satu gram dijual seharga Rp20 ribu, di Iran Rp50 ribu. Sementara di Indonesia satu gram Rp1,5 juta. Dengan cara apapun mereka mau masukkan ke Indonesia," kata dia, pada diskusi Forum Merdeka Barat 9, di gedung Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jakarta, Selasa (20/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kata lain, harga satu gram sabu di Indonesia 75 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga satu gram sabu di China.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menyebut Indonesia semakin diminati jaringan pengedar narkoba karena kebijakan negara tetangga menyulitkan para bandar merangsek.
Contohnya, penindakan keras terhadap bandar narkotika oleh Presiden Duterte di Filipina.
"Tentu mereka [sindikat narkotika] akan mengalihkan pasar ke negara kita," imbuhnya.
Heru Winarko mengatakan BNN menaikkan target penangkapan terhadap sindikat narkotika tahun ini. Pada 2017, BNN telah meringkus 24 sindikat narkoba dari dalam dan luar negeri. Pada 2018, mereka menaikkan target menjadi 26 sindikat.
Rilis kasus 1,375 ton sabu jaringan internasional di perairan Batam Kepri di kantor BNN, Jakarta, Selasa (20/2). (
Heru mengaku tidak bisa memprediksi jumlah sindikat narkotika yang beroperasi di Indonesia. Sebab, penangkapan terhadap anggota sindikat belum tentu membuat sindikat itu bubar.
"Bisa terjadi penambahan, yang tadinya satu begitu ditangkap bisa pecah jadi empat atau lima," tambah mantan Deputi Penyidikan KPK tersebut.
Operasi penangkapan pun dilakukan BNN di Aceh. Kali ini, petugas membongkar kepemilikan narkoba jenis sabu seberat 30 kilogram (kg) dari empat orang tersangka di Sumatera Utara.
Kepala Bagian Humas BNN Komisaris Besar Sulistiandriatmoko menjelasakan sabu itu didapat dari dua penangkapan di lokasi terpisah.
Pertama, penangkapan terhadap tersangka Khalidi dan Bahtiar, di Jalan Semayang, Binjai, Sumatera Utara, kemarin, Senin (19/3). Dari lokasi ini aparat menyita 20 kg sabu yang dikemas dalam dua karung.
"Narkoba berasal dari Malaysia dan diselundupkan melalui Aceh, selanjutnya dibawa dengan tujuan Medan, Sumut," kata Sulis dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/3).
Kedua, lanjutnya, penangkapan terhadap Iwan dan Ambri alias Kumay, Selasa (20/3) pukul 08.00 WIB, di Simpang Marindal, Medan, Sumut. Dari penangkapan ini, petugas menyita 10 kg sabu yang disimpan dalam tas.
Menurut Sulis, salah satu tersangka yakni Kumay terpaksi ditembak petugas lantaran melakukan perlawanan saat ditangkap. Kumay mengalami luka di badan dan dibawa ke rumah sakit.
"Pada saat dilakukan penangkapan yang bersangkutan melawan petugas dan berupaya melarikan diri," aku dia.
Sulis menyebut Kumay merupakan bandar narkoba yang berkali-kali berhasil menyelundupkan barang haram. Kumay juga telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) BNN.
"Saat ini masih dalam pengembangan jaringannya," tutup Sulis.
Sabu di Perang Dunia II
Met banyak digunakan oleh para tentara yang terlibat dalam Perang Dunia II untuk menambah stamina dan meningkatkan daya tahan tubuh ketika berperang. Pada tahun 1938-1941, met dipasarkan secara besar-besaran di Jerman dengan merek dagang Pervitin. Melansir data dari Release UK, kala itu ada sekitar 40 juta pil Pervitin yang diperdagangkan. Obat ini diproduksi oleh perusahaan farmasi bernama Temmler yang berbasis di Berlin.
Pada tahun 1950-an, met dikirim ke Amerika Serikat untuk digunakan para tentaranya, khususnya yang mereka yang ikut dalam Perang Korea (1950-1953). Pada tahun 1960-an, pemerintah AS mulai membatasi peredaran met yang dinilai memberikan efek samping berbahaya. Hal ini membuat produksi met harus dilakukan secara underground atau ilegal. Nah, dari sinilah istilah crystal meth mulai populer.
Tren underground dalam produksi sabu ini mulai merambah ke Inggris dan sejumlah negara Eropa lainnya. Hal ini seiring tren pemakaian sabu yang juga kian populer di tahun 1980-an, yakni dengan cara dihirup ataupun memakai jarum suntik untuk mendapatkan efek yang lebih cepat dan kuat.
Baca juga: RUU Narkotika Percepat Eksekusi Mati Bandar Narkotika
Di Indonesia, sabu-sabu termasuk jenis narkoba dengan harga jual termahal. Mengutip data Badan Narkotika Nasional (BNN) di tahun 2022, sabu dihargai sekitar Rp3,5 juta per gram atau Rp3,5 miliar per kilogram (kg). Di pasaran Indonesia, harga sabu termurah adalah sebesar Rp700 ribu per gram atau Rp700 juta per kg.
Selain sabu, jenis narkoba yang terkenal di Indonesia adalah ekstasi yang punya harga jual paling murah Rp185.000/butir, sedangkan paling mahal berada di angka Rp900.000/butir. Lalu ada ganja yang punya harga jual Rp1.300 per gram atau Rp1,3 juta per kg. Harga ganja paling mahal adalah Rp100.000 per gram atau Rp100 juta per kg.
American Addiction Centers. (2022). Street names and nicknames for methamphetamine. Diakses dari: Street Names and Nicknames for Methamphetamine - Drug Rehab Options (rehabs.com)
History. (2018). History of meth. Diakses dari: History of Meth - HISTORY
Release. (n.d.). Methamphetamine. Diakses dari: Methamphetamine | Release
TRIBUNNEWS.COM - Aparat Polsek Cimanggis mengamankan 5 oknum polisi yang diduga sedang melakukan pesta sabu di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (20/4/2024) kemarin.
Kelima oknum tersebut berinisial Briptu FAR, Briptu IR, Brigadir DW, Briptu FQ dan Brigadir PR.
Brigadir DW merupakan anggota di Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Timur, sedangkan 4 oknum lain berdinas di Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya.
Proses penangkapan dilakukan setelah ada laporan dari warga yang merasa terganggu dengan aktivitas pesta sabu di rumah Briptu FAR.
Setelah dilakukan penggeledahan di rumah Briptu FAR, polisi menemukan kembali satu paket sabu di bungkus rokok yang disimpan di gudang rumahnya.
Di sana ditemukan alat bukti hisap/bog yang diduga telah digunakan untuk mengonsumsi sabu.
Dari rumah Briptu FR, barang bukti yang disita ialah satu bong, dua timbangan elektronik, satu pistol Sigsauer, 10 butir peluru 9 mm, lima paket sabu dann satu magazen.
Kelima anggota polisi tersebut dibawa dan ditahan di Polres Metro Depok.
Mengenal Sabu dan Efeknya
Istilah medis dari sabu-sabu adalah metamfetamina (methamphetamine) atau biasa disingkat met/meth. Banyak istilah lain yang digunakan untuk menyebut sabu, di antaranya crank, crystal glass, crystal meth, tina, cris, cristy, getter, dan speed.
Met berbentuk seperti pecahan kaca yang mengkilat. Secara kimiawi, met punya kemiripan dengan amfetamin yang merupakan obat bagi penderita attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan mental yang menyebabkan seseorang sulit memfokuskan perhatiannya pada suatu hal.
Sedangkan met merupakan zat sintetis (buatan) yang mencampur amfetamin atau turunannya dengan bahan-bahan kimia tambahan seperti asam aki, produk pembersih, bahkan minyak tanah. Bahan-bahan tambahan yang “gila” ini digunakan untuk memperkuat efeknya. Umumnya, sabu diproduksi di laboratorium atau pabrik ilegal.
Beberapa efek “menyenangkan” dari sabu bagi para penggunanya di antaranya fokus meningkat, rasa percaya diri tinggi, mengurangi kelelahan, hingga perasaan senang itu sendiri. Namun, sabu juga dapat memberi efek samping berbahaya seperti penurunan berat badan, peningkatan tekanan darah, detak jantung tidak teratur dan cenderung cepat, mual, masalah gigi, hingga hilang ingatan.
Dalam jangka panjang, sabu akan membuat penggunannya mengalami kecemasan berlebih, bersikap agresif, kebingungan, insomnia, paranoid, dan halusinasi secara visual dan suara.
Baca juga: Narkotika Ganggu Perekonomian Indonesia
Sejarah dan Asal Usul Sabu
Amfetamina untuk penderita ADHD diciptakan pada tahun 1887 oleh seorang ahli kimia Rumania bernama Lazar Edeleanu. Sedangkan, orang pertama yang meracik amfetamina menjadi sabu atau met adalah Nagai Nagayoshi, seorang ahli kimia asal Jepang, pada tahun 1893.
Namun karena proses penciptaan sabu kala itu sangat rumit, barulah pada tahun 1919, kimiawan Jepang lainnya, Akira Ogata, menyempurnakan proses penciptaan met yang lebih sederhana. Akira membuat met dengan reduksi efedrina (bahan obat flu) menggunakan fosfor merah dan senyawa kimia bernama iodin.