Gas Alam Adalah Energi
Potensi Gas Alam Indonesia
Negara Indonesia merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar ketiga di Asia Pasifik. Sebagai salah satu negara dengan cadangan natural gas terbesar, Indonesia berkontribusi memenuhi 1,5% total cadangan gas dunia.
Dalam produksi natural gas, Indonesia saat ini memproduksi sekitar dua kali lipat lebih banyak natural gas dari kebutuhan konsumsinya. Kendati demikian kebanyakan dari hasil produksi tersebut diekspor ke berbagai penjuru dunia, mengakibatkan tetap tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan natural gas di industri domestik.
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah berupaya membatasi ekspor gas dalam rangka mencukupi suplai natural gas kepada industri-industri domestik sekaligus menggalakkan penggunaanya dalam sektor industri dan pembangkit listrik.
“Pada akhir 2015 I Gusti Nyoman Wiratmaja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan investasi bernilai lebih dari 32 miliar dollar Amerika Serikat (kebanyakan dari sektor swasta) untuk penyulingan-penyulingan natural gas, dan infrastruktur yang berhubungan dengan gas dalam rangka memenuhi permintaan gas domestik pada 2025 (terutama untuk pembangkit-pembangkit listrik dan pabrik-pabrik pupuk).
Permintaan gas Indonesia diperkirakan untuk naik dari 6,102 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) di 2015 menjadi 8,854 mmscfd di 2025 dengan permintaan yang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Tanpa memberikan detail-detail yang jelas, Wiratmaja menambahkan bahwa ada insentif-insentif untuk sektor swasta yang berinvestasi dalam industri gas domestik.“
indonesia-investment.com
Gas ini tentu memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Apa saja manfaatnya? Berikut penjelasannya:
Propana (C3H8) dan Butana (C4H10)
Digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga dan industri, serta dalam pembuatan gas kemasan.
Termasuk nitrogen, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida. Beberapa senyawa ini dapat memerlukan pemrosesan tambahan sebelum gas alam dapat digunakan secara efektif.
Agar Anda lebih memahami gas alam, berikut adalah contoh-contoh beserta karakteristik dan kegunaannya:
Pembangunan Infrastruktur Energi
Cadangan gas alam juga dapat menjadi dasar untuk pengembangan infrastruktur energi, seperti pembangunan pabrik pengolahan gas dan jaringan pipa gas.
Itulah dia penjelasan lengkap tentang gas alam beserta dengan komponen penyusun, manfaat, dan contohnya. Gas alam adalah salah satu suplai vital energi dunia.
Tidak hanya vital sebagai sumber penting untuk produksi bahan bakar, gas ini juga merupakan komponen vital sebagai sumber produksi pupuk amonia.
Gas Alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas dengan unsur utama metana CH4 yang dapat ditemukan melalui ladang minyak dan batubara.
Sumber metana yang membentuk biogas tersebut umumnya dapat ditemukan melalui rawa-rawa, tempat pembuangan sampah, sampai Septic Tank atau tempat penampungan kotoran manusia dan hewan.
Komponen senyawa utama penyusun gas alam adalah metana (CH4). Metana adalah molekul hidrokarbon ringan. Selain metana, molekul hidrokarbon lain di dalam natural gas juga meliputi etana (C2H6), propana (C3H8), butana (C4H10), sulfur, dan gas helium.
Salah satu contoh produk natural gas di Indonesia yang digunakan sebagai bahan bakar adalah LPG (Liquefied petroleum gas) yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Gas Minyak Cair
Solar Industri menawarkan paket pemesanan produk bio solar B30, jasa bunker service, dan pembuatan tangki solar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk pemesanan lintas negara, silakan hubungi kontak kami yang telah tersedia.
For an updated analysis we refer you to our Energy Research Report
Dua produsen gas alam terbesar di dunia (Amerika Serikat dan Rusia) bersama-sama berkontribusi hampir 40% dari total produksi gas dunia.
Negara Produsen Gas Alam Terbesar pada Tahun 2015:
Negara Konsumsi Gas Alam Terbesar pada Tahun 2015:
dalam milyar m³Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2016
Citra yang penting dari gas alam adalah bahwa bahan bakar ini memainkan peran yang signifikan di kebanyakan sektor dalam perekonomian dunia (industri, pembangkit listrik, komersil dan di tempat tinggal). Terlebih lagi, karena pada faktanya ada banyak cadangan gas alam di dunia - yang dapat dikembangkan dan diproduksi tanpa membutuhkan investasi besar - gas alam kemungkinan akan menjadi semakin penting di masa mendatang karena kebanyakan negara ingin mengurangi ketergantungan pada sumber-sumber energi yang mahal dan tidak ramah lingkungan seperti minyak. Saat ini, gas alam berkontribusi sekitar 23% dari sumber-sumber energi primer dunia.
Produksi dan Konsumsi Gas di Indonesia
Indonesia memiki cadangan gas alam yang besar. Saat ini, negara ini memiliki cadangan gas terbesar ketiga di wilayah Asia Pasifik (setelah Australia dan Republik Rakyat Tiongkok), berkontribusi untuk 1,5% dari total cadangan gas dunia (BP Statistical Review of World Energy 2015).
Kebanyakan pusat-pusat produksi gas Indonesia berlokasi di lepas pantai. Yang paling besar di antaranya adalah:1. Arun, Aceh (Sumatra)2. Bontang (Kalimantan Timur)3. Tangguh (Papua)4. Pulau Natuna
Indonesia memproduksi sekitar dua kali lipat dari gas alam yang dikonsumsinya. Kendati begitu, ini tidak berarti bahwa produksi gas domestik memenuhi permintaan gas domestik. Bahkan, ada kekurangan gas untuk industri-industri domestik di Indonesia. Perusahaan Gas Negara (PGN) belum mampu memenuhi permintaan domestik. Ini memiliki dampak-dampak yang memiliki cakupan luas karena hal ini menyebabkan Perusahaan Listrik Negara (PLN), konsumen gas domestik terbesar, mengalami kekurangan struktural suplai gas dan memaksa PLN untuk beralih ke bahan-bahan bakar fosil - yang lebih mahal dan tidak ramah lingkungan - yang lain, seperti minyak bumi, untuk menghasilkan listrik. Meskipun begitu, pemadaman listrik sering terjadi di seluruh negeri (terutama di luar kota-kota besar Pulau Jawa), dan karenanya membebani industri-industri negara ini. Terlebih lagi, hampir 80 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses listrik seperti yang ditunjukkan oleh persentase kelistrikan Indonesia yang relatif rendah pada 84,1% di 2014.
Pemerintah Indonesia bertujuan untuk membatasi ekspor gas negara ini dalam rangka mengamankan suplai domestik sambil mendorong penggunaan gas alam sebagai sumber bahan bakar untuk konsumsi industri dan personal.
Sebagian besar hasil produksi gas diekspor karena produksi gas negara ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing yang hanya bersedia untuk berinvestasi bila diizinkan mengekspor komoditi ini. Saat ini, perusahaan-perusahaan asing, seperti CNOOC Limited, Total E&P Indonesia, Conoco Philips, BP Tangguh, dan Exxon Mobil Oil Indonesia, berkontribusi untuk sekitar 87% dari produksi gas alam Indonesia. Sisa 13% diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina. Sekitar setengah dari total hasil produksi gas dijual secara domestik.
Tabel di bawah mengindikasikan baik produksi maupun konsumsi gas di Indonesia selama satu dekade terakhir.
Produksi dan Konsumsi Gas di Indonesia 2006-2015:
Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2015
Seperti yang ditunjukkan di tabel di atas - dan kontras dengan produksi minyak nasional - produksi gas di Indonesia tetap stabil, mencatat rekor tinggi di 2010 karena awal produksi Ladang Tangguh (berlokasi di Papua) di tahun yang sama (dimanajemen oleh BP Indonesia) yang merupakan sebuah ladang penting dalam industri gas negara ini. Setelah 2010, produksi gas telah menurun karena masalah-masalah suplai.
Meskipun sejumlah perusahaan-perusahaan kecil aktif di sektor gas Indonesia, sebagian besar dari produksi dan eksplorasi domestik berada di tangan enam perusahaan yang telah disebutkan, yang hanya satu yang dimiliki Indonesia (Pertamina). Bila dikombinasikan, CNOOC Ltd. dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Pertamina berkontribusi untuk lebih dari setengah produksi gas Indonesia.
Kebutuhan Gas Bumi untuk Industri Indonesia:
dalam metric standard cubic feet per day (MMscfd)Sumber: Forum Industri Pengguna Gas Bumi
Sepanjang sejarahnya, produksi gas Indonesia selalu ditujukan untuk pasar ekspor. Kendati begitu, penurunan produksi minyak domestik dikombinasikan dengan peningkatan harga minyak internasional, membuat Pemerintah memutuskan untuk melakukan usaha-usaha untuk memperbesar penggunaan gas domestik dari pertengahan 2000an sampai saat ini. Di beberapa tahun terakhir penggunaan gas telah meningkat dengan subur dan menurunkan ekspor namun fasilitas-fasilitas infrastruktur yang terbatas dalam jaringan transmisi dan distribusi Indonesia memperumit perkembangan lebih lanjut dari konsumsi domestik. Infrastruktur layak yang terbatas ikut disebabkan karena kurangnya investasi namun juga karena kondisi geografis negara ini. Distribusi dengan tanker lebih mudah dibandingkan jaringan pipa karena cadangan-cadangan gas alam yang penting berlokasi di lepas pantai, jauh dari pusat-pusat permintaan gas yang besar.
Setelah Qatar, Malaysia dan Australia, Indonesia saat ini adalah eksportir gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) terbesar keempat di dunia. Hal ini tidak berarti - seperti yang disebutkan di atas - bahwa permintaan domestik dapat dipenuhi oleh produksi domestik. Akibatnya, Indonesia perlu mengimpor LNG dari luar negeri supaya tidak menganggu komitmen ekspor. Diperkirakan bahwa pada tahun 2017 suplai-suplai tambahan dari ladang-ladang gas baru Indonesia akan dapat menggantikan impor.
Indonesia, sebelumnya eksportir LNG terbesar, mengalami penurunan pangsa pasar LNG global, sebagian karena reorientasi kebijakan Pemerintah Indoensia di pertengahan2000an yang menargetkan lebih banyak suplai gas untuk pasar domestik dalam konteks meningkatkan penggunaan gas sebagai sebuah sumber energi (dengan mengurangi ketergantungan terhadap minyak). Namun, penurunan ini juga terjadi karena kurangnya investasi jangka panjang baik dalam eksplorasi maupun pengembangan ladang-ladang gas negara ini.
Pada akhir tahun 2014, Indonesian Petroleum Association (IPA) menyatakan bahwa lembaga ini memprediksi investasi (untuk eksplorasi) dalam sektor gas Indonesia akan turun 20% di 2015 (terutama karena rendahnya harga-harga energi). Selain itu, di akhir tahun 2014, Chevron Pacific Indonesia (anak perusahaan dari raksasa minyak dan gas yang bermarkas di Amerika Serikat Chevron Corp) menunda proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) senilai 12 miliar dollar Amerika Serikat di Selat Makasar di Kalimantan Selatan karena isu-isu perizinan dan karena perusahaan ini membutuhkan lebih banyak waktu untuk merevisi perhitungan setelah penemuan cadangan-cadangan gas baru.
Sejumlah kontrak ekspor jangka panjang yang ditandatangani di awal dan pertengahan 2000-an dihargai di bawah harga pasar, berarti Indonesia kehilangan pendapatan berjumlah signifikan. Daripada menghubungkan tingkat kontrak dengan harga pasar gas yang berfluktuasi, sebuah harga tetap disetujui yang kemudian segera menjadi tidak sesuai lagi karena harga pasar (yang naik). Pemerintah Indonesia telah berusaha merenegosiasi kontrak-kontrak jangka panjang tersebut dalam rangka mendapatkan lebih banyak keuntungan finansial. Kendati begitu, dari perspektif para pelaku bisnis jelas niat merenegosiasi kontrak bukanlah pilihan yang terbaik (karena menyebabkan ketidakpastian mengenai komitmen Pemerintah Indonesia untuk menghormati kontrak yang telah ditandatangani). Tujuan-tujuan ekspor LNG utama Indoneisa adalah Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.
Proyeksi Masa Mendatang untuk Sektor Gas Indonesia
Perekonomian Indonesia yang berekspansi dikombinasikan dengan niat Pemerintah untuk menurunkan ketergantungan pada minyak sebagai sumber suplai energi dalam industri-industri, pembangkit listrik dan transportasi akan menyebabkan permintaan domestik untuk gas untuk meningkat di masa mendatang. Negara ini memiliki cadangan gas berlimpah yang dapat mensuplai Indonesia dan juga pasar ekspor luar negeri untuk banyak dekade di masa mendatang. Namun, dalam rangka mencapai sektor gas yang efisien dan produktif, investasi skala besar baik dalam eksplorasi maupun infrastruktur (distribusional) akan dibutuhkan. Dalam rangka menarik lebih banyak investasi asing, sistem peraturan dan kerangka hukum yang jelas dan mendukung dibutuhkan.
Pada akhir 2015 I Gusti Nyoman Wiratmaja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan investasi bernilai lebih dari 32 miliar dollar Amerika Serikat (kebanyakan dari sektor swasta) untuk penyulingan-penyulingan gas alam, dan infrastruktur yang berhubungan dengan gas dalam rangka memenuhi permintaan gas domestik pada 2025 (terutama untuk pembangkit-pembangkit listrik dan pabrik-pabrik pupuk). Permintaan gas Indonesia diperkirakan untuk naik dari 6,102 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) di 2015 menjadi 8,854 mmscfd di 2025 dengan permintaan yang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Tanpa memberikan detail-detail yang jelas, Wiratmaja menambahkan bahwa ada insentif-insentif untuk sektor swasta yang berinvestasi dalam industri gas domestik.
Updated pada 4 Juli 2016
Selama ini sebagian besar negara di dunia bertumpu pada gas alam atau gas bumi sebagai sumber energi yang dapat mendukung kehidupan masyarakatnya. Gas alam adalah sumber energi yang berasal dari fosil tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang tersimpan di bawah tanah selama ribuan bahkan jutaan tahun. Kegunaan utama gas alam antara lain untuk produksi bahan bakar dan juga amonia atau komponen utama dalam pembuatan pupuk. Gas alam atau gas bumi juga memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia seperti mendukung perindustrian, pembangkit listrik, komersil, dan untuk kehidupan sehari-hari.
Untuk Indonesia sendiri, gas alam atau gas bumi sudah mulai dimanfaatkan sejak tahun 1960-an, dan sejak saat itu perusahaan gas Indonesia mulai berkembang. Salah satu fakta yang mengejutkan adalah pada tahun 2015 Indonesia termasuk 10 besar negara di dunia yang menghasilkan gas alam terbanyak. Selain itu, Indonesia juga menempati urutan ketiga untuk negara yang memiliki sumber cadangan gas alam terbesar di Asia Pasifik setelah Australia dan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun yang sama.
Menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, per tahun 2017 Indonesia diperkirakan memiliki potensi cadangan gas alam atau gas bumi sebesar 142.7 TSCF, dengan 100.36 TSFC cadangan gas alam yang telah terbukti dan cadangan potensial gas alam sebesar 42.36 TSCF. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga telah mencatat beberapa proyek besar gas alam yang telah didirikan di Indonesia antara lain Blok A Aceh yang memiliki cadangan gas alam sebesar 0.56 TSCF, East Natuna yang memiliki cadangan gas alam sebesar 46.00 TSCF, Jambaran Tiung Biru (JTB) yang memiliki cadangan gas alam sebesar 1.20 TSCF, IDD dengan cadangan gas alamnya sebesar 2.32 TSCF, Merakes dengan cadangan gas alam sebesar 0.81 TSCF, Tangguh Train 3 dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 5.7 TSCF, Asap-Kido-Merah dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 1.49 TSCF, dan yang terakhir Abadi dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 10.73 TSCF.
Beberapa gas alam yang dapat ditemukan di Indonesia antara lain, LNG (liquefied natural gas) adalah jenis gas alam metana yang akan memiliki komposisi 90% metana (CH4) ketika dicairkan pada tekanan atmosferik dan suhu -163 derajat celcius. Jika dilihat dari sisi keunggulannya, LNG merupakan gas alam atau gas bumi yang memiliki proses penyimpanan yang mudah serta pengangkutan dari kilang gas satu ke kilang gas yang lainnya yang juga mudah untuk dilakukan. LNG merupakan gas alam atau gas bumi yang memiliki sifat tidak berbau, tidak beracun, tidak korosif dan tidak mudah terbakar. LNG juga gas alam yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Selain itu, Indonesia juga memiliki gas alam atau gas bumi yang bernama LPG (liquefied petroleum gas) yang merupakan gas alam yang memiliki komponen utama propana (C3H8) dan Butana (C4H10). LPG sendiri banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk bahan bakar memasak atau membuat korek api. Ditinjau dari sifatnya, LPG merupakan gas alam atau gas bumi yang tidak memiliki bau, tidak berwarna, tidak berasa, mudah terbakar dan memiliki tingkat racun yang sangat sedikit.
Indonesia juga memiliki gas alam atau gas bumi bernama CNG (compressed natural gas) yang merupakan gas alam yang tetap jernih meskipun di bawah tekanan tinggi. Selain itu, CNG juga memiliki sifat tidak berbau dan tidak korosif. Untuk metode penyimpanannya, CNG membutuhkan tempat penyimpanan yang besar dan tekanan yang sangat tinggi agar kemurniannya tetap terjaga. Hal ini menyebabkan CNG cukup sulit untuk didistribusikan ke tempat yang jauh. CNG banyak dimanfaatkan untuk keperluan gas industri oleh masyarakat Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan gas alam atau gas bumi akan semakin meningkat mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga akan semakin bertambah. Merujuk pada pemaparan di atas, kita dapat melihat potensi gas alam atau gas bumi di indonesia. Baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, gas alam akan menjadi salah satu sumber energi yang menjadi tumpuan masyarakat Indonesia untuk menunjang keberlangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, harapannya Indonesia akan bisa mengoptimalkan pencarian sumber gas alam atau gas bumi yang tertanam di bumi Indonesia.
Komponen Penyusun Gas Alam
Terdapat beberapa komponen penyusun gas ini. Berikut penjelasannya:
Merupakan komponen utama gas alam, memberikan kontribusi besar pada nilai energi yang dihasilkan dari pembakaran gas alam.
Sebagai komponen pendukung, etana memiliki nilai energi yang tinggi dan digunakan dalam industri kimia sebagai bahan baku.
Pembangkit Listrik
Gas ini sering digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik, memberikan energi yang bersih dan efisien.
Etana dan propana, sebagai komponen gas ini, digunakan sebagai bahan baku dalam industri kimia untuk pembuatan plastik, resin, dan bahan kimia lainnya.
Gas ini sering digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan pemanas air di rumah tangga.
Dalam beberapa kasus, gas ini diolah menjadi bahan bakar cair (CNG) dan digunakan untuk menggerakkan kendaraan, memberikan alternatif yang lebih bersih daripada bahan bakar fosil konvensional.
Daerah Penghasil Gas Alam di Indonesia
Sebagai negara kepulauan dengan geologi yang beragam, Indonesia memiliki beberapa daerah penghasil gas yang strategis. Salah satu daerah terkemuka adalah Kepulauan Natuna, yang terletak di Laut Cina Selatan.
Blok gas Natuna memiliki potensi besar sebagai salah satu cadangan gas terbesar di Indonesia. Selain itu, daerah lain seperti Papua, Kalimantan, dan Sumatera juga menyimpan cadangan gas yang signifikan.
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Bertempat di kantor Walikota Tarakan, telah dilaksanakannya rapat koordinasi penting yang dihadiri oleh sejumlah pejabat terka...
Press Release | 10 Sep 2024
Gas alam adalah salah satu suplai vital energi dunia. Tidak hanya vital sebagai sumber penting untuk produksi bahan bakar, gas alam adalah komponen vital sebagai sumber produksi pupuk amonia. Minyak bumi dan gas ini terbentuk dari fosil.
Asal muasalnya tercipta dari berbagai bentuk fosil, mulai sisa-sisa tanaman, hewan dan mikroorganisme yang terkubur di dalam tanah selama jutaan tahun, mengkategorikan natural gas sebagai salah satu dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Dalam bahasa Inggris gas alam dikenal juga sebagai natural gas.
Meskipun demikian, natural gas berbeda dengan minyak bumi dan batubara dari kadar polutanya. Gas ini adalah salah satu sumber daya energi dari fosil paling bersih dengan intensitas karbon terendah daripada minyak bumi dan batubara. Oleh sebab itu, natural gas merupakan komponen vital suplai energi dunia yang teraman dan paling berguna saat ini.
Menurut Statistical Review of World Energy 2016, natural gas berkontribusi sekitar 23% dari sumber-sumber energi primer dunia. Lebih lanjut, natural gas memerankan peran signifikan pada sektor-sektor perekonomian dunia, seperti industri, pembangkit listrik, dan tempat tinggal pemukiman warga).
Gas Alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas dengan unsur utama metana CH4 yang dapat ditemukan melalui ladang minyak dan batubara.
Dalam nama lainnya, Gas Alam disebut juga sebagai gas bumi, gas rawa atau biogas, namun biogas dan gas rawa merupakan nama lain dari natural gas yang dinamakan dari bentuk asal muasal gas yang yang berbeda.
Biogas dan gas rawa adalah kategori natural gas dengan sumber metana dari produksi pembusukan bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fossil.
Sumber metana yang membentuk biogas tersebut umumnya dapat ditemukan melalui rawa-rawa, tempat pembuangan sampah, sampai Septic Tank atau tempat penampungan kotoran manusia dan hewan.
Senyawa yang termasuk gas alam adalah metana (CH4). Metana adalah molekul hidrokarbon ringan. Selain metana, molekul hidrokarbon lain di dalam natural gas juga meliputi etana (C2H6), propana (C3H8), butana (C4H10), sulfur, dan gas helium.